Kamis, 12 April 2012

SEORANG PEMIMPIN YANG BAIK BERHASIL ATAU GAGAL, BERDASARKAN PENDEKATAN PERILAKU DAN CIRI KHAS

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi kepemimpinan :

1. George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Ordway Tead (1929)
Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.

3. Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

4. Katz & Kahn (1978)
Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.

5. Hemhill & Coon (1995)
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).

6. William G.Scott (1962)
Kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang diorganisir dalam kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

7. Stephen J.Carrol & Henry L.Tosj (1977)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa yang kamu inginkan dari mereka untuk mengerjakannya.

Teori – teori kepemimpinan
1. Teori kepemimpinan sifat
Teori kepemimpinan sifat ( trait teory ) analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri . Teori sifat berkembang pertama kali di yunani kuno dari romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan , bukan di ciptakan yang kemudian teri ini dikenal dengan ” the greatma theory”
2.Teori kepemimpinan teori dan perilaku
Berdasarkan penelitian , perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan ke arah dua hal yaitu :
-          Pertama yang di sebut konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan . contoh  gejala yang ada dalam hal ini seperti membela bawahan , memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultais kepada bawahan .
-          Kedua disebut inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada  bawahan . Contoh yang dapat di lihat : bawahan mendapat instruksi pelaksanaan tugas , kapan , bagaimana , pekerjaan di lakukan dan hasil apa yang di capai.
Jadi berdasarkan teori ini pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatianyang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
3.Teori kontingensi
Mulai berkembang th 1962 , teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemenyang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya . Sistem ini di sebut sistem organik ( sebagai lawan sistem mekanistik ) pada sistem ini mempunyai beberapa  ciri ;
-          Substansi adalah manusia bukan tugas
-          Kurang menekankan hirarki
-          Struktur saling berhubungan , fleksibel , dalam bentuk kelompok
-          Kebersamaan dalam nilai , kepercayaan dan norma
-          Pengendalian diri sendiri penyesuaian bersama

PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK

1. KONFLIK TERHADAP MANAJEMEN

A.     PENGERTIAN KONFLIK
Konflik dapat diartikan sebagai ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut biasanya mencoba menjelaskan duduk persoalannya dari pandangan mereka
B.   MACAM-MACAM KONFLIKKonflik yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

1.      Dari segi fihak yang terlibat dalam konflikDari segi ini konflik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a.      Konflik individu dengan individuKonflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
b.      Konflik individu dengan kelompokKonflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok pimpinan.
c.       Konflik kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.




C.     SEBAB-SEBAB TIMBUL KONFLIKFaktor-faktor  yang dapat menimbulkan adanya konflik  dalam suatu organisasi antara lain adalah :

1.
      Berbagai sumber daya yang langkaKarena sumber daya yang dimiliki organisasi terbatas / langka maka perlu dialokasikan. Dalam alokasi sumber daya tersebut suatu kelompok mungkin menerima kurang dari kelompok yang lain. Hal ini dapat menjadi sumber konflik.
2.      Perbedaan dalam tujuan
Dalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang bisa mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari berbagai bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat menimbulkan adanya konflik. Sebagai contoh : bagian penjualan mungkin ingin meningkatkan valume penjualan dengan memberikan persyaratan-persyaratan pembelian yang lunak, seperti kredit dengan bunga rendah, jangka waktu yang lebih lama, seleksi calon pembeli yang tidak terlalu ketat dan sebagainya. Upaya yang dilakukan oleh bagian penjualan semacam ini mungkin akan mengakibatkan peningkatan jumlah piutang dalam tingkat yang cukup tinggi. Apabila hal ini dipandang dari sudut keuangan, mungkin tidak dikehendaki karena akan memerlukan tambahan dana yang cukup besar.
3.      Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan
Organisasi merupakan gabungan dari berbagai bagian yang saling berinteraksi. Akibatnya kegiatan satu pihak mungkin dapat merugikan pihak lain. Dan ini merupakan sumber konflik pula. Sebagai contoh : bagian akademik telah membuat jadwal ujian beserta pengawanya, setapi bagian tata usaha terlambat menyampaikan surat pemberitahuan kepada para pengawas dan penguji sehingga mengakibatkan terganggunya pelaksanaan ujian.
4.      Perbedaan dalam nilai atau persepsi
Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik. Sebagai contoh : seorang pimpinan muda mungkin merasa tidak senang sewaktu diberi tugas-tugas rutin karena dianggap kurang menantang kreativitasnya untuk berkembang, sementara pimpinan yang lebih senior merasa bahwa tugas-tugas rutin tersebut merupakan bagian dari pelatihan.
5.      Sebab-sebab lain
Selain sebab-sebab di atas, sebab-sebab lain yang mungkin dapat menimbulkan konflik dalam organisasi misalnya gaya seseorang dalam bekerja, ketidak jelasan organisasi dan masalah-masalah komunikasi.


D.    PENANGANAN  KONFLIK
1.      Metode Untuk Menangani KonflikMetode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama dengan mengurangi konflik; kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.
Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah dengan mendominasi atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif.
a.      Dominasi (Penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya “tenggelam” ke bawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepada yang lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam. Penekanan dan dominasi bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak (voting).
b.      Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win solution ). Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik
c.       Penyelesaian secara integratif
Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.
2.      KONFLIK ANTARA KARYAWAN DENGAN PIMPINAN
Konflik jenis ini relatif sulit karena sering tidak dinyatakan secara terbuka. Umumnya karyawan pihak karyawan lebih cenderung untuk diam, meskipun mengalami pertentangan dengan pihak atasan. Yang penting bagi suatu organisasi adalah agar setiap konflik hendaknya bisa diselesaikan dengan baik. Kebanyakan suatu konflik menjadi makin berat karena lama terpendam. Karena itulah penting bagi suatu organisasi “menemukan” konflik atau sumbernya sedini mungkin. Cara yang ditempuh adalah dengan menggalakkan saluran komunikasi ke atas ( up ward channel of communication ).
3.  LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN UNTUK MENANGANI KONFLIK
a.       Menerima dan mendefinisikan pokok masalah yang menimbulkan ketidak puasan.
Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara pemecahannya.
b.      Mengumpulkan keterangan/fakta
Fakta yang dikumpulkan haruslah lengkap dan akurat, tetapi juga harus dihindari tercampurnya dengan opini atau pendapat. Opini atau pendapat sudah dimasuki unsur subyektif. Oleh karena itu pengumpulan fakta haruslah dilakukan denganm hati-hati
c.       Menganalisis dan memutuskan
Dengan diketahuinya masalah dan terkumpulnya data, manajemen haruslah mulai melakukan evaluasi terhadap keadaan.  Sering kali dari hasil analisa bisa mendapatkan berbagai alternatif pemecahan.
d.      Memberikan jawaban
Meskipun manajemen kemudian sudah memutuskan, keputusan ini haruslah dibertahukan kepada pihak karyawan.
e.      Tindak lanjutLangkah ini diperlukan untuk mengawasi akibat dari keputusan yang telah diperbuat.
E.     Pendisiplinan
Konflik dalam organisasi apabila tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan tindakan pelecehan terhadap aturan main yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu pelecehan ataupun pelanggaran terhadap peraturan permainan (peraturan organisasi) haruslah dikenai tindakan pendisiplinan agar peraturan tersebut memiliki wibawa.

2. SUMBER TERJADINYA KONFLIK ANTAR KELOMPOK
Muncul nya konflik dalam kelompok atau organisasi tidak selalu bersifat negatif .Konflik dapat menjadi alasan untuk mengadakan perubahan dalan keorganisasian .Konflik antar kelompok bisa terjadi antara organisasi satu dengan organisasi yang lain karena adanya ketidakcocokan suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi . Adanya perbedaan pendapat , tujuan dan pola fikir juga menjadi salah satu penyebab konflik antar kelompok .
Sumber-sumber terjadinya konflik :
1.      Saling ketergantungan
Saling ketergantungan dalam pekerjaan terjadi jika dua kelompok organisasi atau lebih saling membutuhkan satu sama lain guna menyelesaikan tugas.
2.      Perbedaan tujuanperbedaan tujuan yang ada di antara satu bagian dengan bagian lain yang tidak menemukan titik temu dapat berpotensi menjadi konflik
3.      Perbedaan persepsidalam menghadapi suatu masalah , jika terjadi perbedaan persepsi maka hal itu dapat menyebabkan terjadi nya konflik.
4.      Komunikasi Dapat terjadi apabila tidak adanya komunikasi yang baik antar kelompok atau organisasi yang menyebabkan konflik.
5.      Struktur organisasiSecara potensial dapat memunculkan konflik .Tiap department atau fungsi dari organisasi mempunyai tujuan , kepentingan dan program sendiri yang seringkali berbeda dengan yang lain .

3. KONSEKUENSI KONFLIK DISFUNGSIONAL ANTAR KELOMPOK
Konflik disfungsional adalah setiap konfortasi atau interaksi antar kelompok yang membahayakan atau menghambat organisasi untuk mencapai tujuan nya .
Konsekuensi konflik antar kelompok yang disfungsional :
Perubahan antar kelompok :
1.      Peningkatan kohesivitas kelompok
2.      Penekanan kesetiaan
3.      Meningkatnya kepemimpinan otokratis
4.      Focus pada aktifitas
Perubahan antar kelompok
1.      Persepsi terdistorsi
2.      Pembentukan stereotip negative
3.      Komunikasi ynag menurun
Penyebab konflik :
1. Interdependence (saling ketergantungan)
Saling ketergantungan terjadi apabila dua kelompok atau lebih saling tergantung satu dengan yang lain untukmenyelesaikan tugas mereka.
• Pooled Interdependence (ketergantungan yang dipusatkan)
• Sequential Interdependence (ketergantungan yang berurutan)
• Reciprocal Interdependence (ketergantungan timbal balik)
2. Differences in Goals (Perbedaan dalam tujuan)
• Limited Resources (sumber yang terbatas)
• Reward Structures (struktur imbalan)

3. Differences in Perceptions (perbedaan dalam persepsi)
• Different Goals (tujuan yang berbeda-beda)
• Different Time Horizons (perbedaan pandangan waktu)
• Status Incongruence (ketidaksamaan status)
• Inaccurate Perceptions (persepsi yang tidak seksama)

4. The Increased Demand for Specialists (permintaan yang meningkat akan spesialis)

Konsekuensi Konflik Disfungsional Antar Kelompok :

1. Changes within Groups (perubahan di dalam kelompok)
• Increased Group Cohesiveness (kesatupaduan kelompok meningkat
• Rise in Autocratic Leadership (muncilnya kepemimpinan autokratis)
• Focus on Activity (memusatkan perhatian pada kegiatan)
• Emphasis on Loyalty (menekankan loyalitas)

2. Changes between Groups (perubahan diantara kelompok-kelompok)
• Distorted Perceptions (persepsi yang menyimpang)
• Negative Stereotyping (stereotip yang negatif)
• Decreased Communication (komunikasi yang menurun)

Memanage Konflik Antar Kelompok lewat Pemecahan :

1. Problem solving (pemecahan persoalan)
2. Superordinate Goals (tujuan tingkat tinggi)
3. Expansion of Resources (perluasan sumber)
4. Avoidance (menghindari konflik)
5. Smoothing (melicinkan konflik)
6. Compromise (kompromi)
7. Authoritative Command (perintah dari yang berwenang)
8. Altering the Human Variable (mengubah variable manusia)
9. Altering the Structural Variable (mengubah variable structural)
10. Identifying a Common Enemy (menemukenali musuh bersama)

Memanage Konflik Antar Kelompok lewat Stimulasi :

1. Communication (komunikasi)
2. Bringing Outside Individuals into the Group (memasukkan orang luar ke dlm Klp)
3. Altering the Organization Structure (mengubah struktur organisasi)
4. Stimulating Competition (menstimulasi persaingan)


4. PENGELOMPOKAN KONFLIK ANTAR KELOMPOK
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi.Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja.contoh konflik antar kelompok adalah konflik antar kelompok dan konflik antar genk .

PERILAKU KEORGANISASIAN

1. ORGANISASI

Kata organisasi pasti bukan kata asing bagi semua orang . organisasi identik dengan image sekumpulan orang , melakukan kegiatan , punya tujuan , melakukan semua dengan terordinir. Ya, itu memang pengertian umum tentang organisasi .Organisasi terbentuk karna adanya tujuan yang sama yang ingin di capai. Semua orang pasti pernah melakukan kegiatan yang bersifat organisasi .
Suatu organisasi bisa dikatakan solid jika memiliki sifat sbb.
1. mempunyai tujuan yang jelas .
2. tujuan organisasi harus di terima dan di fahami oelh setiap orang di dalam organisasi.
3. memiliki kesatuan arah.
4. adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggungjawab.
5. berkesinambungan .
6. penempatan orang harus sesuai ahlinya.
7. adanya pembagian tugas.
Ada pun manfaat dari organisasi adalah :
a. Menumbuhkan rasa kebersamaan.
b. Memperkuat tali persaudaraan.
c. Menyebarkan rasa tolong menolong.
d. Memperkaya informasi.
e. Meningkatkan kualitas pribadi.
f. Membangkitkan semangat juang..
g. Meningkatkan kualitas fakir.
h. Mengurangi sifat egoisme.
i. Membina kesatuan berfikir untuk menyamakanpemahaman mencapai tujuan.
j. Melatih toleransi.

2. PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP  ORGANISASI
Perilaku seorang individu pasti sanagt berpengaruh pada organisasi nya baik perilaku postif maupun negative.Berikut ini adalah variable-variabel yang mempengaruhi perilaku organisasi :
A.Variabel-variabel dependen , yang termasuk variabel dependen adalah :
1.       Produktivitas
2.       Keabsenan (kemangkiran)
3.       Pengunduran diri
4.       Keputusan kerja
B.Variabel-variabel independen,yang termasuk variabel independen adalah :
1.       Variable-variabel level individu
2.       Variable-variabel level kelompok
3.       Variable-variabel sistem organisasi

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL
Komunikasi interpersonal adalah
diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh
orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya
dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera

(Effendy,2003, p. 30).
Komunikasi interpersonal adalah
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang
hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat,
guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal
adalah
komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah
sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung,
komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada
saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya.
Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk
bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).

FUNGSI INTERPERSONAL

Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik.
2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan
balik.
3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita
dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara
persuasi.

Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau
informasi dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah
antara:

1. Komunikator
a. Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.
b. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.
c. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka
terhadap lawan bicaranya yang laki-laki.

2. Media
a. Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi
(microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).
b. Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu
sehingga signal HP tidak dapat ditangkap.
c. Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang
digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya kata-kata “wis
mari” versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai sudah
sembuh dari sakit sedangkan versi orang Jawa Timur diartikan
sudah selesai mengerjakan sesuatu.
d. Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang
mempengaruhi proses komunikasi.

3. Komunikate
a. Hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli.
b. Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidak
berkonsentrasi dengan pembicaraan.
c. Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu
malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang
lelaki.

CIRI-CIRI INTERPERSONAL

1. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan
secara spontan baik secara verbal maupun non verbal.

2. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para perserta
komunikasi.

3. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin
pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti
sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang
dekat.

Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan,
antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :

a. Menemukan diri sendiri
b. Menemukan dunia luar
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
d. Berubah sikap dan tingkah laku
e. Untuk bermain dan kesenangan

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas
umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).

1. Keterbukaan (Openness)

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai
”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang
orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di
pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut
bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu
seperti orang yang mengalaminya

3. Sikap mendukung (supportiveness)
4. Sikap positif (positiveness)